Sudah lama saya tidak posting karena berbagai kesibukan. Hari ini saya nulis kejadian kemarin. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua.
Pagi-pagi sekali listrik udah padam, dari 2 hari yang lalu listrik di daerah kami mulai suka mati tanpa permisi dan sering terjadi dalam satu hari beberapa x pemadaman. Karena pagi-pagi listrik mati jadi terkendala lah cucian dan teman-temannya. Sambil termenung melihat halaman belakang yang mulai banyak di tumbuhi rumput, pohon singkong (ubi) pun sudah mulai menjulang tak karuan sebab sudah beberapa minggu tidak ada yang memetik daunnya. Biasaya kalau Nenek Abe datang beliau suka sekali masak daun ubi itu.
Sambil mau membersihkan rumput-rumput liar sesekali saya petik daun ubi nya. saya pangkas beberapa ranting yang saya rasa tidak produktif. Tak terasa setengah jam membersihkan halaman belakang daun ubi saya juga sudah banyak sekali terpetik. Masih terheran-heran melihat daun ubi sebanyak itu saya pun duduk sambil membersihkannya. kalau dikasi kan tetangga mungkin mereka sedikit repot untuk mengolahnya karena hari itu bertepatan dengan pekan di daerahku.
Biasanya hari rabu semua ibu-ibu sibuk ke pekan yang hanya ada di hari rabu di kampung ku.
Ya sudah lah daun ubi itu saya bersihkan dan saya tumbuk sendiri dengan lesung kayu. Di bantu sama Abe ku akhirnya selesai juga.
Sanking banyaknya daun yang mau di tumbuk telapak tangan saya jadi lecet. Perih sih tapi itu bukan masalah besar. cuma lecet lho..
Teman-teman udah pernah makan daun ubi tumbuk? bagi yang tinggal di daerah sumatera utara dan sekitarnya mesti sudah sering ya? Membuatnya sendiri sudah pernah? Kalau belum nanti saya kasi resepnya ya...
Daun ubi tumbuk ini sendiri adalah makanan khas Sidempuan. Konon daun ubi ini makanan kesukaan raja-raja Batak. Dimasak bersama santan sering di kasi campuran kecombrang (honje) atau di beri tambahan rimbang (cempokak) dan ada juga yang di beri ikan sale (ikan asap).
Dijaman dulu menumbuk daun ubi ada lagunya, bersenandung ria. kalau tak salah begini liriknya :
Muda malungun tu sidimpuan
Mulak do au sadarui onom bulan
Manjojojori akka dongan-dongan
Pamago arsak di pangarantoan,
Bulung gadung dohot rimbang,
Sambal tuk-tuk dohot gadapang,
Murtabo do mangan dohot dongan-dongan
Artinya tentang seorang perantau yang pulang ke kampungnya dan rindu makan makanan khas masakan sidimpuan, salah satunya masakan daun singkong dan sambal tuk-tuk dari ikan asin (Gadapang) yang dimakan bersama dengan teman-teman.
Ada dua versi dalam mengolah daun ubi ini untuk dijadikan masakan daun ubi tumbuk. Pertama ada yang merebusnya terlebih dahulu lalu menumbuknya sampai hampir halus ada juga yang menumbuknya ketika kaun masih mentah lalu merebusnya bersama bumbu. Yang mana saja cara masaknya daun ubi tumbuk tetap enak.
gulai daun ubi tumbuk
Berikut resep untuk memasak daun ubi tumbuk.
1 ikat daun ubi/daun singkong segar dan muda
1 buah kecombrang/honje/kencung, iris memanjang kasar
1 genggang rimbang/cempokak
500 ml santan
1 lembar 1 salam
1 ruas lengkuas, di geprek
1 ekor ikan sale
1 batang sereh, di geprek
bumbunya:
6 siung bawang merah
5 buah came merah
2 buah bawang putih
2 ruas jahe
1 ruas kunyit
garam
cara membuat:
cuci bersih daun ubi yang sudah di bersihkan dari batangnya, lalu tiriskan. setelah tiris tumbuk menggunakan lesung kayu. ketika daun ubi sudah mulai tercincang kacar masukkan bumbu kecuali garam dan rimbang tadi. tumbuk kembali sampai hampir halus.
masukkan kedalam kuali atau panci, masak dengan sedikit air, daun salam, sereh, lengkuas dan kecombrang, masak sampai mendidih lalu masukkan santan. aduk-aduk, beri garam dan aduk-aduk kembali, setelah setengah matang masukkan ikan sale. aduk lagi. biarkan beberapa saat sampai santan benar-benar matang dan angkat. lalu sajikan.
Setiap masak sayur daun ubi tumbuk ini , Emak saya memadukan nya dengan sambal ikan teri medan + kacang tanah. Ambooooiii... enak kali.
Nah, ada cerita apa di balik daun ubi tumbuk saya kali ini?
Alhamdulillah setelah di masak ternyata jadi 2 panci ukuran 4 liter dan 3 liter. Banyak sekali ya jadinya . Terpikir untuk membagikan hasil kebun saya ke tetangga depan rumah dan ibu mertua. Jadi lah 6 bungkus daun ubi tumbuk.
Mbak nya Abe saya suruh mengantarkan ke tetangga-tetangga dan ke rumah mertua sebelum jam 12 agar bisa di santap siang ini.
telapak tangan yang lecet
Sedari pagi pikiran saya sedikit kacau dan perasaan saya resah, banyak yang dipikirkan jadinya ya begitu. Memang biasanya kalau saya lagi uring-uringan saya cari kesibukan terutama memasak. Bukannya mau pamer atau sombong, saya hanya ingin berbagi pengalaman yang saya merasakan manfaat yang besar dari berbagi.
Sejujurnya saya memang lagi banyak masalah, saya sering mendengar ceramah dari beberapa ustadz yang mengedepankan sedekah, tahajud dan dhuha. Saya ingat kata-kata Ibu saya, Kalau menunggu berpunya baru sedekah semua orang bisa, tinggal masalah mau atau tidak. kalau tidak punya uang sedekahkan apa yang ada, bisa masak ya masak lah dan sedekahkan, bisa membaca Alquran, ajarilah anak-anak itu mengaji, punya tenaga, bantu dengan tenaga. itu sedekah yang seringan-ringannya. tapi Ikhlas, Insyaallah berkah.
Insyaallah sudah beberapa bulan terakhir ini saya mengamalkannya. Dan seminggu kemarin saya benar-benar down dan melalaikan sedekah. Biasanya setiap kamis sore saya masak agak banyak dan membagikannya ke Mertua, tetangga, janda tua ataupun ke anak yatim. Tidak banyak yang saya bagikan mungkin hanya beberapa bungkus makanan, atau setengah lusin sendal saya antarkan ke mesjid dekat rumah. Karena selepas kamis pasti di mesjid besok ramai orang datang yang mau menunaikan sholat jumat, bisa cepat dipakai jamaah masjid. Itu pikiran saya
Selepas membagikan makanan hati saya pun jadi tenang, saya berpasrah semua masalah ini kepada Sang Pemilik Kehidupan. Bahagia sekali melihat senyum Ibu-ibu atau anak-anak yang menerimanya. Hari itu.. saya benar-benar bingung karena tidak pegang uang untuk membayar cicilan, bingung karena pasti penagih kecewa dan marah sama saya. Zuhur pun tiba, saya tunaikan kewajiban saya sebagai hamba yang lemah, memohon ampunan dan berpasrah kembali padaNya.
Tak saya pikirkan apa yang akan terjadi nanti apabila penagih besok datang, semua saya serahkan hanya padaNya. Karna hanya Allah yang punya rahasia kehidupan saya, yang Maha kaya, Maha tahu.
Selepas Ashar saya pergi beli token listrik bersama Abe, diperjalanann saya di telpon dari pemesan papan bunga ucapan untuk pernikahan anak rekan nya tanggal 12 April . Alhamdulillah... 3 papan dipesannya. Senangnya saya bukan kepalang. Sampai rumah pun saya masih senyum-senyum dapat pesanan 3 papan bunga senilai Rp. 500.000. Sesampai dirumah ada 2 orang anak gadis menunggu. Mereka memesan tart ulang tahun untuk tanggal 11 April, Alhamdulillah.. dalam hati saya tidak berhenti mengucap syukur.. Rp. 80.000 tambahan untuk minggu depan. dan sebelum warnet dan warung saya tutup saya melihat handpone saya yang sedari tadi saya cuekin, ternyata ada sms dari rekan yang meminjam uang saya 3 tahun lalu, beliau sms memberitahu baru saja ditransfer ke rekening saya uang yang di pinjamnya 1 juta rupiah.
Subhanallah... Allah tak akan pernah mengingkari janjinya. Allah selalu memperhitungkan sebesar apapun kebaikan yang kita perbuat. Disini saya cerita bukan hendak pamer/riya atau pun menyombongkan diri. Tidak ada yang saya sombongkan dengan hanya 6 bungkus daun ubi tumbuk, Tidak ada hak saya untuk pamer karena apa yang saya sedekahkan semua juga dari Allah. Saya hanya ingin berbagi cerita bahwa sesederhana yang kita lakukan dengan Ikhlas Insyaallah akan dibalas Allah berlipat-lipat kali nikmatnya.
semoga tulisan saya kali ini membawa manfaat buat teman-teman semua...
0 komentar:
Posting Komentar