Rabu, 26 Januari 2011

SETELAH HUJAN SORE ITU

Create By : Unknown Categories
Gelegar tawa itu terus terngiang ditelingaku. Menggigil tubuh ini saat ku kenang tawa dan senyum menggodamu, ah..itu hanya segelintir kenangan manis darinya. Seseorang yang pernah menemani hidupku beberapa tahun terakhir. Terkadang dikala terpejam pun dia masih menyisakan seutas senyum. Untuk ku kah senyum itu? Entah lah, yang ku ingat senyum itu pernah membuat aku memaafkan dan melupakan semua sakit hati ku, senyum yang menurutku terlalu sempurna untuk bajingan seperti dia.

Aku tak mengerti mengapa sampai separah ini pikiranku untuk memberontak dan akhirnya aku disini, disebuah kota kecil yang tak pernah terpikirkan olehku untuk tinggal disini. Terlalu angkuh diriku untuk bilang aku bisa tegar menghadapi badai ini dan terlalu lemah aku jika menyerah di tengah perjalanan yang seharusnya masih terlalu panjang untuk di jalani. Tapi ini lah kenyataan yang harus kami putuskan. Berpisah dengan cinta. Cinta kepada ke-egoisan dan cinta kepada gemerlapnya dunia ini.

Ku tarik selimut sampai keujung dagu. Udara disini lumayan dingin pada malam hari dan panas luar biasa di siang hari. Mencoba memejamkan mata kembali sambil sesekali dada ku bergemuruh menahan sesaknya bernafas, bukan karna aku lagi sesak nafas tapi karna pikiranku menyumbat pernafasan yang tak kasat mata itu. 
Dalam pejaman mataku terlintas kembali canda tawa dan celoteh manjanya. bayang-bayang ke isengan dan tulusnya dia waktu menceritakan pengalaman hidupnya dahulu yang penuh kesulitan. Seperti anak kecil yang berceloteh manja.
"hunny, I want chicken porridge, can you make me that?" pintanya suatu sore. Dia memang suka sekali bubur ayam dan burger pastinya. "this delicious porridge, you are indeed a smart wife. Love u Hun"  sebuah kecupan manis mendarat dipipi kiriku. " thank you Lord, you give me a husband who so appreciate my efforts. hopefully just the love that continues to flow in our lives like you love me" Pintaku dalam hati setiap kali dia berlaku manis padaku.

Karena hal itu lah aku bertahan dan terus memupuk cinta ini dalam-dalam sampai. Karna cintaku padaNya dan takut tidak di Ridhoi oleh Nya aku masih mendampingi. Memaafkan kekhilafan dan kekeliruannya yang ku anggap seperti nakalnya anak kecil yang mencari jati dirinya. berharap suatu saat akan kembali mencari kebaikan dirumah dan istrinya. 
Ada butiran hangat di sudut mataku, ternyata aku menangis lagi mengenangnya. Berusaha keras ku alihkan pikiranku untuk tidak mengenang semua yang bisa membuat aku terbawa suasana sendu itu. 
" I'm sick" keluhku suatu sore
"I do not understand that this is, wake up and do it. This day must be submitted to the office, come on" Demi cintaku padamu, baik lah akan ku kerjakan dengan badan sedikit lemas dan otak sedikit error untuk berfikir. 
Perlahan dan sangat teliti ku kerjakan lembar demi lembar tugas kantornya dan kulihat dia juga sibuk dengan laptopnya.
"ah, damn. ugly cards" terdengar meja dipukul karna kesal
"Pasti dia maen game lagi" batinku dan benar saja dia maen game dan chatting dengan teman-temannya. Oh keterlaluan sekali, dalam keadaan sakit pun harus mengerjakan kerjaan kantornya dan dia malah maen game dan chatting.
Itu hanya sedikit dari keterlaluan-keterlaluan nya. 


Pikiranku masih saja menerawang jauh ke dalam kenangan-kenangan kami. Aku masih terlalu sayang padanya hingga hanya kenangan indah lah yang terus menari-nari dipikiranku. Demi cintaku padanya lah aku sekarang disini menepati janji hatiku untuk bahagiakan dirinya dengan tidak melarang apapun yang dia suka yang terkadang itu sangat bertentangan dengan yang sewajarnya. 

Suatu  sore yang aku berencana beberes lemari dikamar kami. Semua laci lemari dan setiap sudut kamar tak luput dari aksi bersih-bersihku. terakhir adalah laci paling bawah di lemari yang biasa untuk menyimpan barang-barang dan arsip nya. lembar demi lembar kertas ku rapikan  dan tiba untuk membuka sebuah amplop merah jambu, tergerak hatiku untuk membukanya. Dan, ogh.. beberapa lembar foto diri nya dengan beberapa teman wanitanya yang seksi. Berbagai pose di foto itu, berpelukan mesra dengan latar seperti disebuah ruangan karoke. Ku pandangi lagi foto2 itu untuk meyakinkan kebenaran orang yang ada di foto itu adalah suami ku. Seketika nafasku menjadi susah untuk di atur dan panas air muka ini mulai memuncak.
"Astaqfirullah.." hela ku dalam hati. Ku rapikan kembali foto itu dan kusimpan ditempat semula.


"hunny,  today I'm so lucky man. my promotions had been answered and I have to leave tomorrow morningfor training to the center" kata  nya saat makan malam itu. Wajah kesal ku tak dapat ku sembunyikan dengan tidak menanggapi kegembiraannya.
" selamat ya" hanya itu yang bisa aku ucapkan dan beranjak pergi meninggalkan meja makan.
" kamu kenapa kok kayaknya ga senang gitu, This good news right?" 
aku hanya mengangguk dan senyum. Ku siapkan pakaian ganti untuk  nya setelah ia kekamar mandi. Hatiku masih berkecamuk tak menentu. Berencana akan menanyakan tentang foto-foto itu tapi apa ini waktu yang tepat untuk menanyakannya? Aku dilema sendiri. Ditengah kebingunganku, ada sms di handphonenya. ku buka dan kubaca. "besok jadi berangkat mas? jam berapa? pasti lama ya perginya. can we meet before you leave, aku kangen" isi sms itu. Glekk.. no name. kembali mendidih darah ini. beribu tanya dan mulai muncul pikiran-pikiran tentang nya. Apa dia selingkuh?
Mas.. akhir-akhir ini dia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan Mas dan berkali juga ia salah menyebut diri nya yang terbiasa  dengan "saya"  menjadi "mas". Apa ini arti dari semua kejanggalan nya akhir-akhir ini?

Hp itu msih di tanganku dan dia muncul dari kamar mandi. " siapa yang sms?" ku sodorkan benda mungil itu tanpa berucap apa-apa. beberapa detik kemudian. " jangan berfikir macam-macam dulu. ini teman biasa dan bukan siapa-siapa" katanya mencoba menjelaskan sebelum aku bertanya. 
"what is the reason why I should call you by dialing mas?" tanyaku lirih dan hampir tak terdengar
" sudah aku bilang jangan befikir aneh dulu tentang sms ini. banyak orang yang memanggilku dengan sebutan itu, sudah lah. aku ngantuk dan ga mau ribut hari ini. aku capek!" bentaknya sambil berhambur ke tempat tidur.
" apa foto-foto ini juga bukan alasan untuk aku bertanya siapa wanita ini?" 
ku lihat dia sedikit terkejut dan berang. mulai lah menetes air mata ku disambut mesra dengan turun pula hujan sore itu. Dia masih saja terpaku membisu melihatku terus menangis di sudut kamar. Tak sepatah kata pun terucap dari ku dan dari nya. 


Setelah  hampir 30 menit aku menangis dia pun berucap " Aku terlalu bosan dirumah ini dengan semua larangan mu ga boleh ini  ga boleh itu dan harus begini ga harus begitu, jangan sesali semua ini terjadi. aku hanya ingin hidup tenang tanpa ada paksaan dari siapapun dan aku ingin menjadi diri sendiri bukan jadi boneka yang bisa kamu atur untuk tidak maen game, tidak maen judi dan tidak begadang bahkan membatasi diri ku dengan teman-temanku. maaf kan aku udah menghianatimu. Aku hanya ingin hidup seperti sebelum aku bersamamu, dan aku menikmatinya"
Seperti tamparan keras di wajahku saat itu. Terdengar hujan semakin deras sampai dinginnya menusuk tulang. Dengan semua semangat ku  coba untuk berdiri dan menata wajahnya tepat dimatanya. Tetap tak berkata sepatah kata pun. Ingin aku meludahi matanya yang seakan buta dengan dunia nya. Dunia yang sesungguhnya bukan dunianya. tak sadarkah dia bahwa dia telah menikahi aku? tak sadarkah dia bahwa tak sepantasnya ia berkata begitu padaku. " semua yang aku lakukan dengan melarang mu bermain game sampe larut malam untuk kebaikanmu, untuk kesehatan mu dan ga ada keuntungan bagiku kalau kamu sehat. untuk membatasi dengan siapa kamu berteman aku rasa wajar aja karena teman yang dekat denganmu hanya memanfaatkan diri aja, memanfaatkan uang mu dan kamu tau dia juga bukan orang baik yang seharusnya kamu ajak berteman. kita udah dewasa yang seharusnya bisa memilah mana yang baik dan mana yang tidak baik bukan hanya untuk kesenangan semata.  Ga ada seorang pun didunia ini yang bahagia hidup dengan tidak disiplin hidup dengan judi dan alkohol, Never.. "
" Tapi aku bukan anak kecil yang mesti di atur ini dan itu nya"
"bersikap lah dewasa biar aku juga menganggap ini semua jadi dewasa bukan memperlakukanmu seperti anak kecil"
" Apa yang aku lakukan diluar sana juga untuk mu untuk kita dan masa depan kita, jadi ga sepantasnya kamu curiga begitu"
"foto dan sms ini buktinya untuk apa lagi aku curiga. I'm a loser for you because you do not appreciate my existence"
"you think much about it, ini bukan masalah besar kok kenapa mesti diributkan"
"for me this is serious problem, aku ga bisa"
"apa yang membuatmu tidak nyaman disini boleh meninggalkan tempat ini karna aku masih selalu betah dengan keadaanku" ini kata- kata terakhirnya sebelum ia keluar kamar sambil membanting pintu.

Oh God,  forgive your servant who did not understand was what she'd say.. mencengangkan memang, tapi aku pikir ini hanya emosinya saja. ini bukan pertama kali dia marah selama aku hidup dengannya dan berulang kali mengalihkan kemarahannya agar menutupi kesalahannya. apes jadi aku. selalu jadi salah


Bukan sebentar aku mengenalnya sebelum kami memutuskan untuk menikah. Aku terkagum dengan kebijakannya waktu itu, dengan kesabarannya dan dengan teori-teori kehidupan. "Menikah itu harus terbuka, jujur yang terutama dan lagi jangan selingkuh" itu salah satu kutipan yang pernah dia utarakan padaku. Sekarang begitu berubah, apa yang ia teorikan tak seperti apa yang ia praktekkan. Semua berbanding terbalik. Tak ada keterbukaan, tak ada kejujuran, yang ada sebaliknya ditambah dengan selingkuh. Itu begitu menyakitkan.
Sering kupandangi wajahnya dikala ia tertidur pulas, wajah itu pernah mebuatku begitu terpesona dan semua orang akan setuju mengatakan dia orang yang baik. Apa yang salah dari semua ini. Apakah aku yang sebenarnya salah tak mengerti kehidupan setelah menikah? aku yang terlalu menghendaki dia apa yang aku mau. Inikah sebenar-benar kehidupan yang semua harus di maklumi dan semua harus dimengerti. Apa ini juga yang disebut pengertian dalam berumah tangga dengan memaklumi kekhilafan yang jelas-jelas semua orang tidak akan setuju dengan tindakannya.

Ku lihat keluar jendela hujan mulai reda, segera ku packing barang yang akan ku bawa pergi. ini tekad ku dan tak akan ku sesali. Untuk menenangkan situasi dan menenangkan hati. Mungkin lebih baik kami berpisah. Memang terkesan kekanak-kanakan tapi ini masalah hati dan tak seorangpun yang akan mengerti keadaan kami kecuali kami yang bisa saling menghargai dan selalu berkomunikasi dengan baik. Pelajaran hidup yang sangat berharga untuk aku dan dia kedepannya. Ini tak akan ku ulangi dan kuharap dia pun begitu. 

Ku langkahkan kaki tanpa tangis dan penyesalan. Seiring dengan langkahku, telah ku maafkan semua perbuatannya hingga jatuhnya air mataku selama ini. "air mata yang telah jatuh adalah doa untukmu, untuk kebaikan mu, my lovely" batin ku..
Tak terasa sudah 3 bulan aku disini, menikmati hari-hari ku yang mengabdi seutuhnya untuk masyarakat, untuk anak-anak yang tak pernah tau sisi kehidupan di luar sana untuk kemajuan pendidikan mereka..





 

3 komentar:

Unknown on 30 Mei 2013 pukul 06.49 mengatakan...

bagus juga cerpennya

Unknown on 30 Mei 2013 pukul 06.50 mengatakan...

ntah kenapa kok aku bisa nemu cerpen ini,dan penulisnya adalah dirimu

Unknown on 3 Oktober 2013 pukul 09.04 mengatakan...

makasi, tapi kenapa dengan diriku? ada yg salah kah?

Posting Komentar

 

Copyright a To z © All rights reserved. 2025. Web Development by zu-on