Sabtu, 05 Februari 2011

SI BENCONG ADA DI DAPUR

Create By : Unknown Categories 0 komentar
"Rawit berapa Bu?"
"Rp.12.000,-"
"Mahal amat.."
"Bencong rada murah Neng, cuma Rp.10.000 aja, mau yang mana?"
Aku sempat bingung mendengar percakapan pembeli dan penjual itu. Bencong cuma  10.000? Apa yang mereka jual sih? Batin ku semakin penasaran. Kebetulan aku ke pasar bersama teman ku dari pada penasaran dan ga bisa tidur langsung aja aku tanya apa yang mereka maksud dengan bencong itu.

Ternyata di daerah ini ada sejenis rawit yang pedasnya minta ampun mungkin melebihi 100.000 pada skala Scoville, itu taksiran ku. Bukan tanpa bukti, aku langsung membeli dan mencobanya dirumah. Ampun deh pedasnya kalau bisa digambarkan bener-bener berasa keluar asap panas dari kuping dan lidah ku. Kalian wajib coba juga ni cabe bencong.
Tapi kenapa dinamakan cabe bencong ya? Hmmm coba kita analisa sedikit. Biasanya mulut yang paling pedas kalo ngomong itu biasanya di sebut mulut bencong. Emang sebegitu pedas nya ya si bencong. Ah itu sih di daerah ku mungkin di daerah kalian namanya lain lagi..

Cabai rawit atau cabe rawit, adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum punya banyak sebutan tergantung daerah mana dia berada.
Baca Selengkapnya

Rabu, 26 Januari 2011

SETELAH HUJAN SORE ITU

Create By : Unknown Categories 3 komentar
Gelegar tawa itu terus terngiang ditelingaku. Menggigil tubuh ini saat ku kenang tawa dan senyum menggodamu, ah..itu hanya segelintir kenangan manis darinya. Seseorang yang pernah menemani hidupku beberapa tahun terakhir. Terkadang dikala terpejam pun dia masih menyisakan seutas senyum. Untuk ku kah senyum itu? Entah lah, yang ku ingat senyum itu pernah membuat aku memaafkan dan melupakan semua sakit hati ku, senyum yang menurutku terlalu sempurna untuk bajingan seperti dia.

Aku tak mengerti mengapa sampai separah ini pikiranku untuk memberontak dan akhirnya aku disini, disebuah kota kecil yang tak pernah terpikirkan olehku untuk tinggal disini. Terlalu angkuh diriku untuk bilang aku bisa tegar menghadapi badai ini dan terlalu lemah aku jika menyerah di tengah perjalanan yang seharusnya masih terlalu panjang untuk di jalani. Tapi ini lah kenyataan yang harus kami putuskan. Berpisah dengan cinta. Cinta kepada ke-egoisan dan cinta kepada gemerlapnya dunia ini.

Ku tarik selimut sampai keujung dagu. Udara disini lumayan dingin pada malam hari dan panas luar biasa di siang hari. Mencoba memejamkan mata kembali sambil sesekali dada ku bergemuruh menahan sesaknya bernafas, bukan karna aku lagi sesak nafas tapi karna pikiranku menyumbat pernafasan yang tak kasat mata itu. 
Dalam pejaman mataku terlintas kembali canda tawa dan celoteh manjanya. bayang-bayang ke isengan dan tulusnya dia waktu menceritakan pengalaman hidupnya dahulu yang penuh kesulitan. Seperti anak kecil yang berceloteh manja.
Baca Selengkapnya
 

Copyright a To z © All rights reserved. . Web Development by zu-on